Min Qolbi

"Verily in the remembrance of God do hearts find rest." (13:28)

Yang terhormat ustaz Hassan al-Banna,

Assalamualaikum wbth,

Apakah anda pernah mendengar tentang lelaki tanpa hati? Maaf, jika hati yang dimaksudkan adalah salah satu anggota tubuh dari daging yang berwarna merah, yang menarik dan melepaskan darahnya, tentu saja lelaki itu memilikinya. Yang dengannya dia dapat hidup & menjalani kehidupannya. Akan tetapi hati yang bersemangat, kuat & hidup, sayang sekali dia tidak memilikinya

Dia mengetahui kebaikan meskipun kecil, dia juga mengetahui keburukan meski pun samar-samar. Seringkali dia benar2 merasai & memahami perilaku seseorang dari wajahnya & dapat memberi respon terhadap hal itu. Akan tetapi, dia tidak memiliki hati.

Ketika bertemu dengan teman lamanya yang sudah lama tidak bersua, dia bersalam lalu menggenggam tangannya kuat, bahkan memeluknya. Namun hatinya, tetap beku, sama sekali tidak terpengaruh. Dia memberi nasihat kepada orang lain, "Jadilah kalian begini & jadilah kalian begitu", serta menyebutkan pelbagai dalil & bukti, namun hatinya semakin keras & tidak terpengaruh.

Dia tersenyum kala mendengar berita gembira. Dia juga mengerutkan dahi saat menerima berita duka.Akan tetapi, kegembiraan & kesedihannya hanyalah reaksi semula jadi semata, sedangkan hatinya tetap diam & tidak bergoncang. Dia menyatakan cinta & benci kepada seseorang. Tetapi ketika melihat hatinya, ia tetap diam tanpa memberi penjelasan. Dia berdiri menunaikan solat & berusaha khusyuk, membaca al-Quran & berusaha menumpukan perhatiannya. Ketika menunaikan solat, dia membaca bacaan solat dengan nadanya sehingga orang-orang pun berkata, "Dia itu khusyuk nampaknya." Akan tetapi ketika meraba hatinya, dia mendapatinya tuli & tidak khusyuk, walaupun memahami apa yang dibaca. Ini adalah gambaran sebenar yang terjadi pada hati lelaki itu.

Saya tidak melebih-lebihkan atau menguranginya. Menurut anda, apakah anda dapat mengatakan bahawa hatinya sama seperti kebiasaan hati orang-orang lain? Saya dianugerahi akal tetapi hati saya hilang. Saya merasakan akal fikiran saya cerdas berfikir, bekerja, hidup & menunjukkan kewujudannya. Akan tetapi, ketika saya ingin menghayati semua itu pada hati saya, sama sekali saya tidak menjumpainya. Saat ini, anda telah mendengar tentang seseorang lelaki yang tidak memiliki hati. Dia adalah seorang yang membuat perjanjian(baiah) dengan anda & anda telah mengambil janji setia darinya. Apakah anda rela jika seorang tentera anda hidup tanpa hati?

Apakah anda dapat membantu menghidupkan hatinya agar bergerak dan merasai apa yang diucapkan oleh lisannya? Inilah penyakit salah seorang tentera anda yang akan membuat anda sedih jika mengetahuinya. Oleh sebab itu, saya tidak akan menyebutkan namanya, hinggalah saya maklumkan anda bahawa dia telah sembuh.

Waalaikumussalam wbth

JAWAPAN ISHAB KEPADA RIJAL TANPA HATI

Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Saya telah membaca suratmu dan sangat terpengaruh dengan kejujuran bahasamu, keindahan keberanianmu, halusnya kesedaranmu dan HIDUPNYA hatimu. Saudaraku, kamu bukan orang yang hatinya mati seperti yang kamu sangka.

Akan tetapi, kamu adalah seorang pemuda yang perasaannya tajam, jiwanya bersih dan nuraninya lembut. Seandainya tidak bersifat demikian,tentulah kamu engkari perasaanmu. Akan tetapi besarnya semangat & jauhnya tujuan (matlamat hidup) membuatmu menganggap kecil urusanmu yang besar & engkau mengharapkan tambahan untuknya. Tidak ada masalah dalam hal itu & memang itu yang sepatutnya berlaku.

Saya merasakan apa yang kamu rasakan, saya berjalan sebagaimana kamu berjalan & saya akan berusaha untuk memberikan beberapa nasihat. Jika nasihat-nasihat ini bermanfaat bagimu & dengan melaksanakannya kamu lihat dapat menghapuskan dahaga serta mengubati sakitmu, maka alhamdulillah atas taufikNya. Namun jika tidak demikian, maka saya senang untuk bertemu denganmu agar kita saling bekerjasama untuk mengenal pasti penyakitmu & menentukan ubatnya.

Berteman dengan orang-orang yang khusyuk yang selalu merenung, bergaul dengan orang yang selalu berfikir& menyendiri, dekat dengan orang yang bertaqwa & soleh yang dari mereka terpancar hikmah & dari wajah mereka terpancar cahaya, & dari hati mereka bertambah makrifat -dan jumlah mereka adalah sedikit- adalah ubat yang mujarab.

Berusahalah berteman dengan orang-orang seperti mereka, selalu bersama mereka, kembali kepada mereka & kamu sambungkan rohmu dengan roh mereka, jiwamu dengan jiwa mereka serta kamu habiskan kebanyakan waktu kosongmu bersama mereka. Hati-hatilah dengan orang yang mengaku-ngaku. Carilah orang yang keadaannya membuatmu bangkit bersemangat, perbuatannya membawamu berbuat baik & jika kamu melihatnya maka kamu mengingat Allah.

Berteman dengan orang-orang seperti ini adalah salah satu ubat yang mujarab kerana watak manusia sering mencuri, sehinggalah hati terpengaruh dengan hati yang lain dan jiwa pun mengambil contoh dari jiwa yang lain. Oleh kerana itu, berusahalah untuk menemukan jiwa-jiwa yang soleh sebagai teman.

Saudaraku, berfikir, berzikir di waktu-waktu yang suci, menyendiri, bermunajat serta merenung alam yang indah dan menakjubkan, menggali rahsia keindahan & keagungan alam, meneliti dengan hati & berzikir dengan lisantentang tanda keagungan yang menakjubkan serta hikmah yang agung ini, termasuk hal yang memberi kehidupan kepada hati dan menyinari kalbu dengan keimanan & keyakinan.

Allah swt berfirman; “Sesungguhnya dalampenciptaan langit & bumi, dan silih bergantinya malam & siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yangberakal.” (Ali-Imran : 190)

Saudaraku, seterusnya berfikir tentang masyarakat, melihat pelbagai penderitaan, kebahagiaan, kesulitan serta keamanan, menjenguk orang sakit, menggembirakan orang yang ditimpa bencana & mengetahui sebab kesengsaraan yang berbentuk pembangkangan, kekafiran, kezaliman, pelanggaran, sikap mementingkan diri, egois, terpedaya oleh hal-hal yang semu, semua ini merupakan cantuman bagi rantaian hati yang menyatukan cerai berainya & menghidupkannya dari kematian.

Maka berusahalah agar kewujudanmu menjadi penghibur bagi sengsara & tertimpa bencana. Tidak ada perkara yang pengaruhnya lebih kuat terhadap perasaan daripada berbuat baik kepada orang yang sangat memerlukan, membantu orang yang teraniaya atau berkongsi rasa dengan orang yang susah atau sedih.

Saudaraku, hati ada di tangan Allah. Dia mengubahnya sesuai dengan kehendakNya. Oleh kerana itu, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, agar Dia memberikan kehidupan kepada hatimu, membuka dadamu dengan iman &melimpahkan keyakinan kepadamu sebagai anugerah serta nikmat dariNya. Berdoalah di waktu-waktu mustajab &waktu sahur kerana doa pada waktu sahur adalah ibarat anak panah yang meluncur tidak terhenti sehingga sampai ke Arasy. Saya tidak meragui keikhlasanmu dalam mencapai tujuan & kejujuran dalam pengakuanmu.

Allah swt berfirman; “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa.”(Al-Maidah : 27)

Saudaramu, Hassan Al-Banna.

Bismillahirrahmanirrahim...

I remembered a while back when my dermatology professor told us, "Skin is like a mirror of our internal organs." If there is something wrong with your skin, you should definitely think about something wrong going on inside your body (either it is because of a disease, immune deficiency.. well, the list goes on, i'll probably bore you if i list them all down here). There were a whole lot of other things the professor told us, some of which really taught me, not only about dermatology and medicine but also about life. That was what i liked most about my dermatology cycle, you can gain all the knowledge you want from books and the internet but life experience is something invaluable to share with, something you can't get from books.

And so the same goes for us. sometimes, the way we talk, the way we look at others and talk to them, the way we smile and just by what we do, we actually convey if not all, part of what is inside of us. We do what our heart and mental judgment tells us too. We speak about what is in our hearts, about what is in our minds. If our hearts and minds are troubled, the things we do and talk will also be affected.

"Truly in the body there is a morsel of flesh which, if it be whole, all the body is whole and which, if it be diseased, all of it is diseased. Truly it is the heart."

And in one of those many cases, especially when our iman and our hearts are not quite on the healty side (read: futur), we inevitably might have done slight glitches that might have affected those around us. Often, we keep asking, "Why am I the only one left out in this?" or "Why am I the one doing this?" or "I'm disappointed with everyone around me that I feel like I just want to sit at home and keep to myself" or.. well, you get my drift. We are so occupied with ourselves that we forget to look around us and see what others are going through, possibly the times they are going through are tougher than us. At times, we forget to smile or ask how they are doing. And even if we already know that giving salam is the best way to spread love, as in Rasulullah's hadith...

The Prophet صلى الله عليوسلم said, "You shall not enter Jannah until you believe, and you shall not believe until you love one another. Shall I not direct you to something that if you were to do it, you would love one another? Spread Salam amongst yourselves." [Muslim]

... maybe we tend to forget about it. There's always a difficulty especially when we want to confess our love to our friends and loved ones, when instead, Rasulullah S.A.W. has shown us the easiest way; spread salam and you will spread love. Ain't that sweet?

So, maybe we have our ups and downs. During the ups, we smile and laugh together but during the downs, we'll stick together through thick and thin. Because we know that ultimately, this bond between us is stronger than of blood, than of any kind of bond in this world, biiznillah...

"Truly Allah loves those who fight in His Cause in battle array, as if they were a solid cemented structure." (61:4)

No matter how much we dispute, how many disagreements we face, how many frowns we might have accidentally (oops!) shown to each other, be patient and be merciful to one another (read: rahmah) because what keeps us together is Allah. Because Allah loves when together we fight, we work and we strive for His sake. As Muslims and inshaAllah as Mukmins, love for Allah must always be number one, must always be the one to surpass love for others..

If you're asking why the title for this post is "Rising from the Ashes"? (erk, ada org ke yg nak bertanya?) Well, if you're well-acquainted with a mythical creature called 'phoenix' (best seen in Harry Potter movies, yeah that bird which carried the sword and healed Harry's wound... yes, guilty as charged, i used to be a "harry potter-kipas-susah-mati"), i'm kind of fond of that creature. Mostly because whenever it burns to ashes, it will rise again from the ashes. And to me, that's something we should learn from the mythical creature; whenever we fall down, whenever we fail, whenever we are depressed, disappointed with life and the world that we live in (read again: futur), we should always find a way to get back up again. And most of the time, that way is not going to be easy. But who do we ask the strength from?

No other than Allah 'Azza wa jalla.

Allahu'alam.

ps. alhamdulillah, i've managed to update a new post here (i've been keeping this post for several weeks now)

pss. asif jiddan to all my lovelies. i know i've been hard to deal with these couple of weeks. (read: emo)

pss. "Dalam Mihrab Cinta" is on youtube!

psss. if you're very, very, very free, check out "Sang Pencerah" too




Alhamdulillah. Subhanallah. Allahu akbar.

Tak ku sangka akan kusampai ke puncaknya

merasakan dekatnya Nabi Musa dengan Penciptanya

merasakan ketakutannya ketika gunung Sinai hancur luluh menjadi debu

perjalanan ke puncak yang mencabar

merintih kelelahan usah ditanya berapa kali

namun perjalanan ke puncak itulah yang banyak mengajar

erti kesabaran dan tawakkal

dan ketika tiba di puncak

sejuk bayunya menggigit tulang

namun kudapat rasa manisnya

ketika melihat tempat Nabi Musa bermunajat

ketika melihat di mana dia sembunyi ketakutan pabila Allah menunjukkan kuasaNya

ketika kekasihNya Muhammad pernah menjejakkan kakinya

ketika melihat fajar menyinsing

dan sinaran pelita fajar yang naik di sebalik awanan

berdirinya ku di puncak itu

oh, kerdilnya hambaMu ini!

namun tidak dapat kukira

betapa banyak kalinya aku alpa, sombong

di puncak itu hatiku membisik

Subhanallah

Allahuakbar

Kaulah Pencipta semuanya

Tak dapat aku mengalahi sesuatu apapun dari penciptaanMu itu

namun Kau tetap melihatkannya semua padaku

Kau tetap menyuluh hati yang kecil dan lemah ini

Kau tetap mengisinya dengan cinta

dan di puncak itu

aku memperbaharui cintaku padaMu.

Memori Tur Sina, 28 Januari